PALEMBANGPENDIDIKAN

Etika Komunikasi Politik Indonesia Jauh dari Harapan

Palembang, Medconas.com– Sudah saatnya kembali kesantunan dan atau martabat berkomunikasi dalam politik tumbuh sebagai suatu keharusan. Karena dengan martabat komunikasi politik yang beretika akan dapat diraih politik yang sehat di negeri ini.Setidaknya ini salah satu kesimpulan yang dapat diambi dari Seminar “Etika Komunkasi Politik yang Bermartabat” yang dilaksanakan oleh FISI UIN Raden Fatah Palembang Kamis, 31/03-2022 di Hotel Harper Palembang.

Seminar menampilkan Pembicara Dr Heri Budianto, M.Si, dari Universitas Mercu Buana, Dr Pakhrudin HM, MA, dari Universitas Nurdin Hamzah Jambi dan Dr Kun Budiarto,dari UIN Raden Fatah Palembang. Mereka bertiga sepakat dengan adanya keharus para elite politik di semua lini dan juga bisa memberikan pembelajaran etika komunikasi politik yang bermartabat kepada masyarakat di negeri ini.

Kenyataan ini, ujar dia, tidak hanya terlihat pada media luar ruang seperti baliho, tetapi juga sangat kentara pada media social atau media digital bahkan pada media massa yang dimanfaatkan oleh seseorang atau kelompok dalam mengampanyekan gagasan politik mereka.

Bahkan kecendrungan penggunaan kata-kata yang tidak memiliki kualitas bahasa yang beretika atau bermartabat, tampak sangat kentara sekali. Sehingga, tidak hanya kalangan politikus saja yang terkena dampak ini, namun juga kalangan anak-anak muda dan generasi politik yang begitu ingin belajar politik secara konstruktif.

Dr Pakhrudin HM, MA, dari Universitas Nurdin Hamzah Jambi. Ia bahkan menggambarkan kondisi komunikasi telah memupus akar kemelayuan atau kebangsaan yang selama ini terbiasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Ia memberikan contoh, pada Kesultanan Melayu ketika masa Raja Haji Ali, di Kepulauan Riau, yang telah memberikan contoh kebiasaan etika berkomunikasi Politik terutama dalam pemerintahan demikian baik, namun sekarang ini kondisi itu jauh dari harapan.
Sehingga menurutnya, eloklah rasanya etika berkomunikasi yang bermartabat sebagaimana kebiasaan bangsa kita yang manganut tradisi Melayu yang bersumber dari Islam kembali digairahkan kepada masyarakat,.

Sementara itu, DR. Kun Budiarto dari UIN Raden Fatah, kebiasaan santun yang dimiliki bangsa ini, sudah mulai pudar. Kebiasaan etika berkomunikasi di masyarakat begitu jauh dari harapan akibat kebiasaan etika komunikasi Pollitik yang disampaikan oleh elit politik bahkan pemerintah tidak mengambarkan kebiasaan berkomunikasi yang santun dan beretika.

Kita bisa melihat bagaimana persiteruan para eliote politik di media massa dan apalagi Medsos, begitu sangat ‘melalukan’, karena penggunakan kata-kata yang jauh dari kesantunan atau keberetikaan komunikasi politiknya.

“Kita harus kembalikan etika politik yang santun itu, dan menggunakan bahasa-bahasa yang berkualitas serta jauh dari kesembronoan,”ujar Kun yang dibenrakan juga oleh Dr. Yen Rizal dari FISIP UIN Raden fatah.

Yen Rizal, menyebutkan bahwa tidak hanya elite politik saja yang dituntut kembali kepada kebiasan berkomunikasi politik yang bermartabat, tetapi semua elite Negara dan bangsa ini, terutama kalngan pendidikan juga harus serentak memiliki tanggungjawab bersama.(*)

Jurnalis: Bangun Lubis

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button