HUMANIORA

Hari Jadi Provinsi Sumatera Selatan

Oleh: H. Albar Sentosa Subari*

Pada tanggal 15 Mei setiap tahunnya warga Provinsi Sumatera Selatan memperingati hari lahirnya Provinsi Sumatera Selatan. Untuk tahun ini adalah ulang tahun yang ke – 77.
Tentu kita akan bertanya tanya peristiwa apa yang menjadikan tolok ukur permukaan dihitungnya hari yang bersejarah itu. Tentu hal itu tidak terlepas dari kondisi ataupun politik hukum di saat itu.
Sejarah panjang proses terbentuknya Provinsi Sumatera Selatan tidak terlepas dari masa kejayaan kerajaan Sriwijaya.
Wilayah pengaruh kerajaan Sriwijaya pada masa jayanya sangat luas. Selain bagian Nusantara, juga meliputi Semenanjung Malaysia dan bagian dari Thailand Selatan.
Namun menjelang runtuhnya kerajaan Sriwijaya tersebut, wilayah kekuasaan Nya tinggal lagi sebatas Palembang dan Bangka Belitung.
Setelah kerajaan Sriwijaya runtuh menyusul berdirinya kesultanan Palembang Darussalam.
Kerajaan Palembang mencapai kejayaan nya di abad ke 18 – 19.
Terbentuk kerajaan, dan selanjutnya kesultanan Palembang tidak terlepas dari kondisi masuknya agama Islam di Nusantara. Beberapa priyayi kerajaan Demak ada yang merantau ke Palembang akibat perebutan kekuasaan di sana. Akhirnya bersama penduduk setempat mendirikan kerajaan bernama Palembang. Saat itulah terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya Jawa dan Melayu yang sudah beragama Islam pengaruh dari kerajaan Pasai di Sumatera Utara.dan Aceh. Kesultanan Palembang setelah mengalami pasang surut integritas nya sebagai kerajaan/ kesultanan Palembang, Akhirnya mengalami kemunduran akibat kedatangan kolonial. Diperkirakan di akhir abad ke 18 awal memasuki abad ke 19.
Menurut catatan sarjana Belanda JW. Van Royen dalam disertasinya yang dikutip Amrah Muslimin, bahwa wilayah Kesultanan Palembang meliputi Wilayah Keresidenan Palembang, dengan meliputi juga daerah Rejang Empat Petulai: Lebong, Balalau selatan danau Ranau, Bangka Belitung.
Secara administratif daerah Lampung berdasarkan stbld 1824 nomor 27 masuk ke dalam bagian wilayah keresidenan Palembang.
Dengan stbld 1918 nomor 612, stbld 1921 nomor 465 dan stbld 1930 nomor 352, maka keresidenan Palembang dijadikan 3 afdeeling dibawah komando asisten residen yaitu:
Palembangsch Benedenlanden ibukotanya di Palembang. Palembangsch Bovenlanden Lahat ibukotanya Lahat. Dan Ogan en Komering ulu ibukotanya di Baturaja.Maduknya Jepang pada prinsipnya tidak banyak perubahan dalam kehidupan berpolitik. Hanya diganti dengan bahasa bahasa Jepang. Dengan tetap melakukan sistem pemerintahan lokal yang desentralisasi seperti Hindia Belanda.
Memasuki alam kemerdekaan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia untuk sementara wilayah Nusantara dibagi menjadi 10 provinsi yaitu
Jawa Barat, Jawa Tengah,Jawa Timur, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil.
Propinsi dibagi dalam keresidenan yang dikepalai oleh Residen.
Untuk Sumatera Selatan induk keresidenan nya adalah kota Palembang.
Sedangkan istilah Sumatera Selatan menurut catatan pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada akhir abad ke 19 sekitar tahun 1870 yaitu Zuid Sumatra Merupakan gabungan wilayah keresidenan Jambi, keresidenan Palembang dan distrik Lampung dan Bengkulu.
Akhirnya Sumatera dijadikan satu wilayah Government, yaitu Propinsi Sumatra.Sedangkan Aceh tidak tergabung di dalam nya. Sedangkan pengertian Sumatera Selatan dalam masa Republik Indonesia adalah pembagian Provinsi Sumatra dimekarkan menjadi tiga wilayah pada awalnya, yaitu sub Provinsi Sumatera Utara Sub Provinsi Sumatra Tengah dan Sub Provinsi Sumatera Selatan.
Pemekaran wilayah ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 1946.
Setelah melalui proses panjang para tokoh pemerintahan saat itu maka pada tanggal 15 Mei 1946, diumumkanlah bahwa berdasarkan usul dan pertimbangan konferensi residen seluruh Sumatra, wakil pemerintah pusat dan keputusan Dewan Rakyat Sumatra ditetapkan wilayah propinsi dibagi tiga, yaitu.
1. Sumatra Utara, terdiri dari keresidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli.
2. Sumatra Tengah terdiri dari keresidenan Sumatra Barat, Riau dan Jambi.
3. Sumatra Selatan terdiri dari keresidenan Palembang, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung.
Sumatra bukan lagi wilayah administratif akan tetapi menjadi wilayah otonomi dengan sebutan Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah dan Provinsi Sumatera Selatan, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Gubernur berdasarkan Peraturan Pemerintah tahun 1947 nomor 8, yang kemudian dituangkan dalam Undang-undang nomor 10 tahun 1948.
Sebagai Gubernur Sumatera Selatan ditetapkan drg. M. Isa yang dilantik oleh Presiden Sukarno di Bengkulu pada pertengahan tahun 1948 dan berkedudukan di Curup. Disamping itu juga dibentuk lah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Sumatera Selatan.
Sebagai catatan bahwa sebelum dilantiknya drg. M.Isa sebagai Gubernur, maka terlebih dahulu Residen Palembang dr. AK. Gani pada tanggal 17 Mei 1946 dilantik sebagai Gubernur Muda oleh Deputi Menteri Dalam Negeri.
Jabatan Gubernur Muda Sumatera Selatan ini tidak lama disandang oleh dr. AK. Gani, diangkat oleh Presiden Republik Indonesia sebagai Menteri Kemakmuran pada tanggal 2 Oktober 1946.
Kedudukan Gubernur Muda dialihkan ke pada drg.M.Isa hingga 1 Januari 1947. Sebagai residen Palembang diserahkan oleh drg. M.Isa kepada Abdul Rozak.
Demikian beberapa catatan singkat tentang proses terbentuknya Provinsi Sumatera Selatan yang tidak terlepas dari sejarah berdirinya kerajaan Sriwijaya, disambung dengan kerajaan/ kesultanan Palembang, Disusul masukkan kolonial baik Belanda maupun Jepang, dan masa kemerdekaan bangsa Indonesia.
Mudah mudahan dengan sejarah ini membuka cakrawala generasi muda yang lahir di abad 21 akan mengerti perkembangan nya. Tentu memasuki usianya yang ke- 77 ini, akan memberikan dampak positif bagi seluruh warga masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat Sumatera Selatan khususnya. Terutama dalam mewujudkan cita hukum dalam Pembukaan UUD NKRI tahun 1945. (**)

*Penulis adalah ketua pembina adat Sumatera Selatan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button