HUMANIORA

Islam Bukanlah Agama Individu

Oleh: H. Albar Sentosa Subari*

Islam bukanlah ajaran individu yang hanya mengatur masalah pribadi, hanya dipraktekkan di mushola atau masjid masjid saja dan jauh dunia nyata. Islam sangat prihatin dengan berbagai dimensi kehidupan umat manusia. Ia menetapkan beberapa standar untuk menentukan tinggi rendahnya kepribadian seorang muslim, diantara nya adalah dengan cara mengamati kehormatan hubungannya dengan masyarakat sekitar atau dengar mengukur tingkat kewaspadaan mereka dalam menangani dilema atau masalah yang dihadapi, apakah dia mempunyai prinsip yang kuat untuk tetap berpegang teguh terhadap kebenaran.
Tugas tugas pribadi baru dapat dilaksanakan jika sistem kolektif sudah tersusun dengan baik. Kita tidak dapat menjalankan sholat jika disamping kita masih ada orang yang mengacungkan pedang ke leher kita. Oleh karena itu, jaminan keamanan dan tertunainya hak hak asasi kita merupakan syarat utama supaya kewajiban kewajiban pada Allah dapat terlaksana dengan baik.
Begitu juga sebaliknya, sistem kolektif baru dapat terlaksana secara optimal jika tugas tugas pribadi sudah dapat dilakukan dengan baik. Manusia tidak akan mengetahui aturan aturan keagamaan, jika mereka secara pribadi tidak mau belajar dahulu tentang kebenaran dan petunjuk petunjuk Ilahi.
Atas dasar pertimbangan ini pula, prinsip tadaruj peringkat pengharaman khamer pada masa awal Islam dapat kita fahamkan. Di saat keimanan umat Islam sudah kuat maka pengharaman khamer secara tegas baru ditetapkan. Dan sebelum ayat terakhir yang mengharamkan khamer secara tegas yaitu ayat ke 19 dari surat Al Maidah turun, umat Islam berada dalam peringkat latihan dan belajar untuk menjauhi kebiasaan dan tradisi khamer itu.
Ringkasnya, kita dapat mengatakan bahwa Islam diturunkan bukan dalam bentuk paket kemasan yang secara otomatis mengubah sistem atau peraturan umat manusia. Melainkan, Islam turun dengan memberikan ruang kepada kita untuk ikut serta dalam memperdengarkan umat dan berdakwah menyebarkan ajaran mulia ini.
Jika Islam dianggap sebagai agama yang hanya mengatur masalah hubungan perseorangan dengan Tuhannya, maka orang orang kafir mempunyai kesempatan yang luas untuk menguasai umat Islam. Karena jika Islam dianggap demikian maka orang yang melaksanakan ajaran ajaran Islam akan menjadi seorang pendeta yang mengurung diri dalam pertapaan nya dan mengasingkan diri dari realita kehidupan yang nyata. Dia tidak dapat ikut serta dalam memperjuangkan kebenaran dan membasmi kemungkaran.
Ketika Rasulullah mengasingkan diri di Gua Hira, tidak ada seorang pun yang menyakiti Baginda, karena keberagaman yang dipraktekkan Rasulullah di gua Hira adalah praktek keberagaman individu. Namun ketika Rasulullah mulai menyerukan agama ini dengan melakukan perubahan dan mengenal kan petunjuk petunjuk Tuhan kepada masyarakat, Baginda dimusuhi, diperangi dan disakiti.
Bahkan Baginda dianggap sebagai tukang sihir, pembohong, tukang tenung, penyair dan orang gila oleh kaum kafir Quraisy. Pada hal di tengah tengah masyarakat Arab. Rasulullah terkenal dengan kejujurannya dan mendapat gelaran As-Shadiq yaitu orang yang jujur dan Al Amin yaitu orang yang dapat dipercaya.
Dengan bercermin pada sejarah dakwah Rasulullah ini, maka kita dapat mengatakan bahwa ajaran Tuhan ini diserukan kepada seluruh umat manusia dan tidak cukup apabila hanya dinikmati secara individu saja.
Ayat ayat berikut ini sangat jelas sekali mengandung semangat bekerja sama dalam beragama. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, Al Fatihah ayat 6. Tegakkanlah agama, Al Syura, 13. Rukuklah kalian, sujud lah kalian, sembahlah Tuhan kalian, Al Hajj, 77. Maka berjalan lah di segala penjurunya, Al Mulk, 15. Maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah, Al Jumaah, 9. Dan masih banyak ayat ayat lain yang mengandung semangat bekerjasama dalam beragama.
Petunjuk petunjuk di atas jelas menyerukan kepada tugas kolektif, maka apa yang dapat kita perbuat dengan tugas tugas itu apabila masing-masing kita berada dalam tempurung yang berbeda beda, dimana satu orang tidak mengenal yang lain dan orang lain tidak mau peduli dengan nasib orang yang berada di sampingnya. (**)

*Penulis adalah pengamat hukum di Sumsel

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button