Mengenal Sosok Syaikh Bin Muhammad Surkati Al-Anshari
Oleh: H. Albar Sentosa Subari*
Nama nya adalah Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad As-Surkati Al-Anshari.tersambung sampai ketokoh Khazraj Jabir bin Abdullah Al-Anshari.
Syaikh Ahmad lahir pada tahun 1292 di pulau Argo ( Argo adalah sebuah pulau besar dekat sungai Nil. Ayahnya seorang lulusan Al-Azhar. Ahmad Surkati sering mengikuti majelis majelis ayahnya.
Syaikh Ahmad wafat hari Kamis, 16 Ramadhan 1362 bertepatan dengan 16 September 1943.
Semasa hidupnya hampir tiga puluh tahun usianya untuk berdakwah dan mengajar di Indonesia. Dan dimakamkan di tanah Abang Jakarta. Beliau tidak dikaruniai seorangpun anak.
Beliau sebelum ke Indonesia belajar dengan sejumlah ulama baik berada di Sudan maupun saat di Hijaz. Dengan guru pertamanya adalah ayah nya sendiri saat di Sudan.
Selanjutnya berguru di Madinah Al Munawwarah yakni Syaikh Falih bin Muhammad Azh-Zhahiri, Syaikh Umar Hamdan keduanya dari Maroko, Syaikh Ahmad bin Al-Haj Ali Al-Majdzub, lalu Syaikh Qurra Al Allamah Syaikh Al-Khiyari Al-Magribi dan Sayyid Ahmad Al-Barzanji.
Di saat di Mekkah cukup banyak beliau berguru, diantara nya Syaikh As’ad dan Syaikh Abdurrahman.
Tentu timbul pertanyaan bagi kita apa sebenarnya hubungan Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Muhammad Surkati itu untuk dikaji bila dihubungkan dengan Indonesia.
Bahwa beliau salah satu tokoh yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan agama Islam di Nusantara ini.
Mulanya beliau memenuhi permintaan dari Jamiat Kheir ( sebuah Jam’iyyah yang dimiliki oleh komunitas Arab dari kalangan Alawiyun di Jakarta untuk menangani urusan pengajaran di madrasah nya. Dengan perantaraan dua tokoh yaitu Syaikh Muhammad bin Yusuf Al-Khayyath dan Syaikh Husein bin Muhammad Al-Habsy.
Syaikh Ahmad Surkati menerima tawaran itu , tepat di bulan Rabiul awal 1329 beliau beserta rombongannya berangkat menuju Jawa.
Dengan kedatangan beliau Jamiat Kheir membuka tiga madrasah, sesuai dengan lingkungan Arab yaitu di Pekojan, yang langsung dipimpin Syaikh, kedua di Krukut dipimpin Syaikh Muhammad Ath-Thayyib Al- Magribi, dan yang ketiga di Bogor, dibawah pimpinan Syaikh Muhammad bin Abdul Hamid. Semua berjalan sebagai mana direncanakan, walaupun di dalam perjalanan nya terdapat kendala kendala terutama dari dalam perguruan sendiri.
Sekitar 6 September 1924 bertepatan dengan 15 Syawal 1332, Syaikh membuka Madrasah Arab Al-Ishlah wal Irsyad.
Pada tanggal 29 Agustus 1917, dibukalah cabang Al-Irsyad pertama di Kota Tegal, diikuti di Pekalongan. 29 Nopember 1917. Pada tanggal 14 Oktober 1918, cabang di buka di Bumiayu, Tidak berapa lama dibuka cabang di Cirebon. Dan di kota Surabaya 21 Januari 1919. Kemudian diikuti dengan dibukanya cabang cabang di penjuru Indonesia baik kota maupun desa.
Syaikh pun aktif berdakwah tauhid di penjuru Indonesia.
Dimana beliau mempunyai murid antara lain.
1. Ustadz Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqie, dosen Fakultas Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan dekan Fakultas Agama Islam di Solo.
2. Ustadz Farid Ma’ruf, Rektor IKIP Muhammadiyah.
3. Dr. Muhammad Rasjidi, menteri agama pertama Indonesia, Duta Besar di Uni Emirat Arab, Pakistan dan Iran.
Dan lain lain nya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Simpulan
1. Mengajar di madrasah madrasah Al-Irsyad di Jakarta, membuka cabang cabang dan mempersiapkan guru guru nya.
2. Sebagai konsultan di bidang keagamaan tepat orang bertanya masalah agama dan pengajaran.
3. Menulis buku-buku dan risalah.
Demikianlah beberapa catatan kecil dari Syaikh Ahmad As-Surkati di Indonesia.
Tokoh yang berjasa di dalam pengembangan madrasah madrasah di Indonesia antara lain madrasah Al-Isyad dan Jami’iyah Khair Al-alawiyah.
Tentu semua ini adalah merupakan kaitan satu sama lain dengan keturunan bangsa Arab yang datang ke Nusantara.
Dengan tujuan mengajarkan dan mengurus madrasah dan mengembangkan, memperbaiki akidah orang orang Indonesia dari komunitas Arab dan yang lainnya, yang telah tercemar oleh noda noda kesyirikan, khurafat dan bid’ah yang menyesatkan. Sementara ilmu dan agama saat itu hanya dimiliki oleh orang orang yang sangat terbatas dan jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Sumber bacaan berjudul Perjuangan Dakwah Syaikh Ahmad As-Surkati di Indonesia, thesis di universitas Islam Madinah, terbitan DPP Perhimpunan Al-Irsyad. (**)
*Penulis adalah pengamat sosial dan keagamaan di Sumatera Selatan