HUMANIORA

Tradisi Mudik Saat Hari Raya

Oleh: H. Albar Sentosa Subari*

Agenda dari tradisi mudik terutama anggota masyarakat yang merantau, bahwa setiap tahun nya menjelang hari raya khususnya, kita menyaksikan betapa sibuknya komunitas anggota masyarakat hukum memadati jalur lalu lintas.
Semua jalur lalu lintas baik, di darat sungai/laut , udara serta kereta api mencapai puncaknya H-1 hari raya.
Menurut petugas di lapangan misalnya saja di bandar udara Soekarno-Hatta bisa mencapai angka 170. 000 penumpang. Stasiun Senen menurut menteri Badan Usaha Milik Negara, Erik Thohir akan mencapai jumlah 40.000, penumpang kereta api menuju arah Jawa Barat, Tengah dan Jawa Timur.
Tentu sebagai tugas analisis masalah sosial budaya dan Agama akan menarik untuk dilakukan pengkajian.
Menurut pengamatan penulis tidak lain salah satunya adalah faktor agama dan budaya.
Memang analisis terhadap kedua faktor tersebut, baca agama dan budaya sejak jaman sebelum kita merdeka sudah dibahas para ahli berkebangsaan Belanda yaitu Prof. Van den Berg, yang populer dengan teori Receptio in complektio.Bahwa adat dari masyarakat hukum adat adalah cerminan hukum agama nya.
Misalnya adat dari masyarakat hukum adat yang beragama Islam maka secara otomatis akan mencerminkan hukum Islam.
Hal itu secara empiris dapat kita . pada masyarakat Melayu atau Minangkabau yang terkenal dengan philosofis Adat Bersendi Syara’, Syara’ Bersendi Kitabullah Al-Qur’an.
Karena penduduk Indonesia adalah mayoritas beragama Islam maka otomatis hal hal tersebut akan menjadi pegangan hidup nya.
Salah satunya adalah budaya mudik saat lebaran. Karena menurut ajaran Islam bagaimana manapun dan kapanpun bahwa silaturrahmi harus terjaga tidak boleh terputus oleh kesibukan sehari-hari.
Maka moments Idhul Fitri inilah saat yang terbaik untuk melakukan nya. Dengan melakukan saling kunjung dengan saudara, tetangga dan teman, untuk menyampaikan maaf bila telah terjadi Kesalahan baik dalam ucapan maupun perbuatan tingkat laku selama dalam pergaulan sehari-hari.
Karena silaturahmi sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-nya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An Nisa ayat 1.
Hai sekalian manusia, bertaqwa kepada Tuhan mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripada nya Allah menciptakan isterinya, dan dari pada kedua nya Allah memperkembang biakkan laki laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwa lah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan pelihara lah hubungan SILATURAHMI. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Rasulullah bersabda HR. Muslim. Anas bin Malik ra, mengatakan, Muhammad Rasulullah Saw bersabda. Siapa yang ingin rezekinya dilapangkan Allah atau ingin dipanjangkan usia nya, maka hendaklah dia menghubungkan silaturahmi.
Masih HR. Muslim.
Tsauban Ra memberitahukan, Muhammad SAW bersabda. Apabila seorang muslim mengunjungi saudaranya sesama muslim, maka orang itu senantiasa berada dalam suatu taman surga yang penuh dengan buah buahan yang dapat dipetik sampai dia pulang.
Sedangkan orang orang yang memutuskan silaturahmi, sesuai dengan sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Muslim . Dari Muhammad bin Jubair bin Muthkim Ra. mendengar dari bapak nya bahwa Rasulullah Saw bersabda. Tidak masuk surga orang yang memutuskan silaturahmi.lihat buku pintar Hadits karya Syamsul Rijal Hamid, hal. 1027.

Apalagi didorong oleh faktor faktor sebelum antara lain selama satu bulan kita melakukan puasa di bulan Ramadhan tentunya kurang lengkap/abdhol kalau belum melakukan silaturahmi dengan keluarga apalagi kedua orang tua masih hidup, setidak tidaknya kalau sudah tiada mereka melakukan kunjungan ziarah kepemakaman orang tua masing-masing.
Makanya juga dahulu ada tradisi nenek moyang kita dahulu kalau yang bersangkutan meninggal dunia berpesan untuk di kebumikan di tempat kelahirannya baca dusun , sehingga memudahkan nantinya anak cucu/Ompu mereka dapat bertemu bersilaturahmi bersama di saat berziarah ke kuburan.
Pelajaran buat kita generasi dulu sudah dapat membaca situasi ke depan dari kehidupan anak cucunya.

Mungkin kita berdalih kenapa tidak menggunakan alat tekhnologi yang canggih misalnya handphone bisa melakukan video call, tentu jawabnya tidak segampang itu. Sebab kepuasan bathin yang hendak dipenuhi. Kalau memang masih memungkinkan untuk MUDIK. (**)

*Penulis adalah pengamat sosial dan keagamaan di Sumatera Selatan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button