HUMANIORA

Menelusuri Sejarah ” Vervolk School”

OLeh: H. Albar Sentosa Subari*

Vervolk School adalah jenis pendidikan yang dibuat oleh kolonial Belanda untuk memberikan kesempatan bagi orang orang tua zaman itu untuk anak anak pribumi.
Vervolk School adalah bahasa Belanda kalau diterjemahkan menjadi ” Sekolah Rakyat ‘.
Istilah Sekolah Rakyat sebelum diganti dengan istilah Sekolah Dasar (SD), zaman sekarang, masih dapat kita temukan pada saat awal tahun kemerdekaan Indonesia sampai akhir pemerintahan orde lama.
Vervolk School memberikan kesempatan bagi orang tua yang mengharapkan anak anak nya kelak dapat bekerja sebagai pegawai rendahan, juru tulis, mandor, atau opas kantor ( pelayan kantor) pada suatu jawatan pemerintahan atau perusahaan Belanda, mereka memasukkan anak anak nya ke pendidikan Vervolk School tadi.enam tahun , atau sekolah sekolah desa tiga tahun.. Sekolah sekolah inilah yang semua muridnya terdiri dari anak anak masyarakat awam atau pegawai rendahan. Di sekolah sekolah ini pun anak didik tidak boleh memakai sarung dan kopiah, seperti lazimnya berlaku di madrasah, pesantren atau pengajian. Mereka diharuskan memakai celana pendek hingga di atas lutut tanpa diharuskan memakai sepatu seperti di sekolah sekolah Belanda HIS, Mulo dan seterusnya.
Pada mulanya diadakan sekolah enam tahun khusus bagi anak anak perempuan, tetapi kemudian dihapus dan semua murid bercampur dalam satu sekolah, lelaki maupun perempuan. Anak anak laki laki diharuskan berpakaian celana pendek, sedang Anak anak perempuan diharuskan bergaun ( memakai rok)— dua macam pakaian yang tidak memenuhi kewajiban menutup aurat sebagai mana yang ditentukan oleh syariat Islam. Mereka dibiasakan bergaul bebas seperti anak anak Belanda.
Sadar akan maksud Belanda yang hendak menjauhkan bangsa Indonesia dari agama Islam, banyak sekali murid murid Vervolk School yang oleh orang tua nya dimasukkan juga ke madrasah madrasah, pesantren pesantren dan pengajian pengajian untuk memperoleh pendidikan agama Islam, tetapi selama waktu terbatas, yakni di petang hari.
Apa tujuan akhir strategi Belanda tersebut tidak lain, mereka hendak mengadu domba masyarakat Indonesia.
Bahkan dengan berbagai daya upaya Kolonial hendak membuat mereka meninggalkan agama Islam dan memeluk agama mereka.
Untuk itu Belanda melarang pelajaran agama Islam di sekolah sekolah negeri. Demikian juga pelajaran menulis huruf Arab, agar lulusan murid sekolah negeri tidak dapat membaca Al Qur’an, kitab suci agama mereka sendiri.
Bersama dengan itu Belanda membentuk Balai Perpustakaan untuk menerbitkan buku buku yang dikarang oleh kaum orientalis untuk meracuni pikiran murid murid yang pendidikan agama sangat dangkal.
Masuk Jepang anak anak murid sekolah harus dilakukan penggundulan kepala, sebagai tradisi kebiasaan yang berlaku di kalangan tentara Jepang pada masa itu.
Masa pemerintahan Jepang tidak dikenal hukum, kecuali hukum militer Jepang sendiri.
Tulisan ini sekedar melihat historis berdirinya sekolah sekolah rakyat ( SR) , yang dijadikan oleh Belanda untuk menanam kuku penjajahan nya.
Awal orde Baru nama SR diubah menjadi SD.
Sekaligus merubah warna seragam sekolah sekolah negeri.
Alhamdulillah akhir akhir ini walaupun warnanya tetap tapi sudah mulai adanya perubahan bentuk pakaian dari yang pendek baik celana bagi murid laki, dan rok mini bagi murid perempuan, yang tadinya belum menutup aurat, sekarang sudah sesuai dengan ketentuan syariat yaitu menutup aurat baik bagi laki ataupun perempuan. (**)

*Penulis adalah pengamat sosial dan keagamaan di Sumatera Selatan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button