Kota Pagar Alam Optimis Tahun 2024 Angka Stunting Bisa Dibawah 10 Persen
Pagar Alam, Medconas.com— Menjadi Kota sebagai predikat angka stunting terendah di 17 Kabupaten/kota di Sumatera Selatan (Sumsel) menjadikan Pemerintah Kota (Pemkot) semakin optimis untuk tetap menargetkan ahun 2024 mendatang, angka gizi buruk akibat stunting di wilayahnya dapat diatasi hingga dibawah 10 persen. Sehingga tumbuhkembang anak dapat berjalan secara maksimal dan normal. Hal itu disampaikan langsung Walikota Pagar Alam, Alpian Maskoni SH dalam giat rembuk stunting di Dempo Flowers Hotel Kota Pagar Alam, Selasa (30/5/2023) kemarin.
Menurut Alpian, kondisi gagal tumbuh kembang pada anak balita akibat gizi kronis berawal dari kurangnya asupan gizi, dalam jangka waktu panjan. Sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak, sehingga anak terlalu pendek untuk anak seusianya. Oleh sebab itu, sebagai langkah stratregis jangka pendek , menengah dan panjang pihaknya akan memastikan terlaksananya kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stuntig sebagaimana mestinya dan dilakukan secara bersama-sama antara OPD penanggungjawab, dengan sektor lembaga non pemerintah dan masyarakat.
Ditambahkan olehnya, meskipun Kota Pagar Alam merupakan Kota dengan jumlah stunting paling rendah di 17 Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Selatan (Sumsel) namun dirinya ingin memastikan tidak ada penambahan jumlah status stunting di wilayahnya.
“Jumlah anak Stunting di Pagar Alam di tahun 2020, masih lumayan tinggi berada diangka 219 anak, tahun 2021 turun menjadi 131 anak. Dan alhamdulillah di tahun 2022 ini, menjadi 105 anak, secara presentase kita berada di 11,5%, sedangkan target Nasional di tahun 2024 adalah di 14%. Hal ini patut kita syukuri, akan tetapi kerja-kerja untuk penurunan stunting ini harus terus lakukan dengan di 2024 Kota Pagar Alam berada di bawah 10%,” harapnya.
Diberitakan sebelumnya, pada Penilaian Tahap III Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) tahun 2023 tingkat kota se-Indonesia di Kota Pagar Alam, Pemerintah Kota (Pemkot) Pagar Alam bersama Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Pagar Alam mendapat pujian dari Tim Penilaian Independen (TPI).
Pujian tersebut disampaikan oleh TPI Dr. Wicaksono Saroso usai mendengar paparan atau penjelasan dari Ketua TP PKK Kota Pagar Alam Rachma Hareni Noor mengenai perjalanan dan perjuangan TP PKK Kota Pagar Alam dalam penurunan angka stunting di Kota Pagar Alam.
Dijelaskan Ketua TP PKK Kota Pagar Alam, bahwa pada awal masa jabatan Walikota Pagar Alam Alpian Maskoni pada tahun 2019 lalu, angka stunting di Kota Pagar Alam berada di angka yang cukup tinggi, yakni 39 persen. Setelah ditelusuri, diketahui bahwa permasalahan yang paling utama penyebab tingginya angka stunting ini adalah alat antropometri kit di 133 Posyandu di Kota Pagar Alam kurang memadai.
Menyadari akan minimnya anggaran yang tersedia untuk Kota Pagar Alam, TP PKK bersama Pemkot Pagar Alam mencari sumber pendanaan diluar APBD Kota Pagar Alam dengan mengajukan proposal ke beberapa instansi, hingga akhirnya diterima dan dibantu oleh Bank Sumsel Babel Cabang Pagar Alam melalui dana CSR pada tahun 2021.
“Dengan adanya alat itu, kami mulai menghitung anak-anak stunting ini, di tahun 2021 kami mendapatkan angka stunting di Kota Pagar Alam ada 15,5% dan itu turun sangat banyak. Untuk itu, kami melakukan pemantauan anak-anak stunting ini di setiap kelurahan dengan pendamping keluarga dan bidan. Sehingga di tahun 2022 kami kembali menurunkan lagi angka stunting ini menjadi 11,6%, tahun 2023 target pak Walikota berada dibawah 10%,” jelas Ketua TP PKK Rachma Hareni Noor.
Mendengar penjelasan tersebut, Tim Penilaian Independen Dr. Wicaksono Saroso justru memuji capaian yang telah diraih oleh Pemkot Pagar Alam melalui TP PKK Kota Pagar Alam ini, yakni penurunan angka stunting yang cukup tinggi.
“Sebenarnya ini penurunan yang sangat luar biasa, kalau tidak karena alat ya, dari 39% jadi 11,6%. Ini sebenarnya ada dibenak saya, ketika melihat angka penurunan stunting yang begitu tinggi, kalau ngga salah waktu tahap II sudah saya tanyakan tapi kurang begitu terjawab, ternyata masalahnya ada di antropometri kit itu ya, jadi jelas,” ungkapnya.