PENDIDIKAN

Transformasi Pembelajaran Matematika: Pendampingan Guru SMA Banyuasin Menyusun Bahan Ajar Berbasis Bukti  

Oleh : Prof. Dr. Yusuf Hartono, M.Sc., Cecil Hiltrimartin, M.Si., Ph.D., Elika Kurniadi, S.Pd., M.Pd., Hendra Lesmana, M.Pd., Novita Sari, S.Pd., M.Pd.
Dalam era pendidikan yang semakin maju, transformasi pendidikan matematika merupakan upaya yang komprehensif untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran matematika melalui berbagai pendekatan inovatif. Salah satunya pembelajaran yang memanfaatkan bahan ajar berbasis bukti telah menjadi pendekatan yang penting dalam meningkatkan efektivitas pengajaran, khususnya dalam bidang matematika. Bahan ajar berbasis bukti tentunya digunakan dalam pembelajaran berbasis bukti. Pembelajaran berbasis bukti dalam matematika merujuk pada penggunaan metode pembuktian untuk memperkuat pemahaman konsep peserta didik. Di dalamnya, kemampuan representasi matematika dapat ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis bukti. Pembelajaran tentang bukti memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan keterampilan ini. Dengan memahami dan mengaplikasikan bukti dalam proses belajar, peserta didik dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk berpikir secara kritis, menganalisis informasi, dan membuat keputusan yang berdasarkan fakta. Pembelajaran berbasis bukti mengajarkan peserta didik untuk menganalisis informasi secara mendalam. Mereka belajar untuk mengidentifikasi pola, memahami hubungan sebab-akibat, dan mengevaluasi bukti yang mendukung atau menolak suatu klaim. Kemampuan ini sangat penting dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan yang tepat.
Pembelajaran berbasis bukti dilakukan dengan menyusun kegiatan yang melibatkan metode pembuktian matematika. Metode-metode pembuktian tersebut meliputi pembuktian langsung, pembuktian tidak langsung, bukti kosong, bukti trivial, pembuktian dengan kontradiksi, bukti eksistensial, bukti ketunggalan, pembuktian dengan counter example, bukti dengan induksi matematika, dan bukti dua arah. Bahan ajar dalam pembelajaran ini disusun menggunakan metode-metode pembuktian tersebut. Dengan memahami bagaimana menggunakan bukti, peserta didik dapat mengembangkan keterampilan logika yang kuat. Mereka belajar untuk menyusun argumen yang koheren dan logis, serta mengenali kesalahan logika yang mungkin terjadi dalam proses berpikir. Keterampilan ini sangat berguna dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk matematika, sains, dan studi sosial. Meskipun mungkin terdengar bertolak belakang, penggunaan bukti dalam pembelajaran juga dapat meningkatkan kreativitas peserta didik. Dengan mengeksplorasi berbagai sumber bukti dan cara-cara baru untuk menganalisis informasi, peserta didik dapat mengembangkan ide-ide inovatif dan solusi kreatif untuk masalah yang kompleks.
Namun sayangnya, guru Matematika SMA di Kabupaten Banyuasin memiliki dua masalah utama dalam pembelajaran matematika yaitu kurangnya kompetensi dalam menyusun pembelajaran berbasis bukti dan kurangnya kemampuan guru dalam menyusun pembuktian matematika. Dari hasil wawancara lebih lanjut diperoleh informasi lebih rinci bahwa guru yang sudah lama mengajar matematika di Kabupaten Bayuasin kadang takut-takut dalam menjelaskan bukti kepada peserta didiknya. Seluruh materi diterima dan dicatat tanpa dipahami bagaimana bukti yang sebenarnya. Guru-guru juga hanya mengajar menggunakan buku cetak yang tidak mengedepankan bagaimana mencari pembutkian dari suatu konsep, fakta, dan prosedur tertentu. Guru-guru terbiasa mengajar hanya dengan menggunakan metode ceramah menggunakan buku-buku tersebut. Selain itu, guru-guru belum memiliki pemahaman membuat bahan ajar, terutama bahan ajar berbasis bukti.
Pendampingan penyusunan bahan ajar berbasis bukti bagi guru matematika SMA di Kabupaten Banyuasin berjalan lancar. Kegiatan ini berlangsung dari bulan Agustus sampai bulan November secara hybrid. Sebanyak 30 peserta dari berbagai satuan pendidikan yang tersebar di Kabupaten Banyuasin mengikuti kegiatan ini secara luring di SMAN 2 Plus Banyuasin III. Peserta terlihat antusias mengenai bagaimana pembelajaran berbasis bukti yang disampaikan secara langsung oleh Prof. Dr. Yusuf Hartono, M.Sc. dan tim. Kegiatan ini tidak terbatas bagaimana teori pembelajaran berbasis bukti namun peserta diberikan contoh bagaimana bahan ajar berbasis bukti. Peserta tertarik untuk menyusun bahan ajar berbasis bukti agar dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Kegiatan pendampingan terus dilakukan secara asinkronus melalui Whatsapp Group dan 2 kali pertemuan melalui zoom meeting. Melihat antuasisme guru dan bahan ajar berbasis bukti yang dihasilkan menjadi bukti bahwa kompetensi guru dalam menyusun bahan ajar berbasis bukti meningkat. Hal ini juga menandakan upaya transformasi pembelajaran matematika di Kabupaten Banyuasin melalui pendampingan guru SMA telah menunjukkan hasil yang signifikan. (**)

Related Articles

Back to top button