Kemenkes Mencatat 133 Anak Meninggal Dunia Karena Ginjal Akut

Jakarta,Medconas.com– Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin melihat kasus gagal ginjal akut pada anak ini terus mengalami kenaikan. Oleh sebab itu pihaknya mengeluarkan kebijakan yang konservatif guna mencegah jatuhnya banyak korban.
” Kita sudah meminta tenaga medis dan rumah sakit agar melarang penggunaan obat jenis sirup pada anak. langkah ini kita ambil sebagai bentuk pencegahan bertambahnya korban, ” ujar Menkes seperti dikutip dari detik.com, Sabtu (22/10/2022).
Lebih jauh Menkes menegaskan, pihaknya tidak memiliki wewenang untuk menarik obat-obatan tersebut, tetapi pihaknya tetap bisa menginstruksikan pelarangan penggunaanya.
Lebih jauh Menkes mengungkap, ada 241 anak yang terkena gagal ginjal akut misterius di Indonesia, dengan jumlah total pasien yang meninggal tercatat 133 kasus.
“Kita sudah mengidentifikasi ada 241 kasus gangguanb ginjal akut atau AKI di 22 provinsi dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus. Adapun tren peningkatan kasus melonjak ini terjadi sejak Agustus 2022. Ini ditemukan di 22 provinsi,” ungkapnya.
Menindaklanjuti hal tersebut, Dirut RSCM Lies Dina Liastuti membeberkan jika RSCM menemukan
sebanyak 49 kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal atau gagal ginjal misterius sepanjang tahun 2022 ini dan pasien termudanya adalah bayi berusia 8 bulan.
Ia berujar, selama bulan Oktober 2022 ini setidaknnya mencatat 12 anak menjalani perawatan intensif di RSCM.
“Sejauh ini baru tujuh yang pulang. Dari ketujuh pasien yang pulang, rata-rata waktu perawatan mereka pun terhitung lama. Sebab, mereka membutuhkan pengamatan dan pengobatan intensif,” tuturnya seraya menyebut jika masa perawatan sekitar tiga minggu dan tidak ada yang kurang dari itu.
“Saat ini, terdapat 11 pasien yang tengah menjalani pengobatan di RSCM,” tambahnya.
Untuk diketahui dari 49 kasus yang ada 62 persennya meninggal dunia. Atau sekitar 31 anak.
Mayoritas pasien yang datang sudah dalam keadaan sedang hingga berat. Bahkan sudah harus melakukan hemodialisa atau cuci darah.
“Mereka sudah datang dalam keadaan tidak bisa buang air kecil,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya,
setelah dianalisis, tujuh dari 11 pasien gagal ginjal akut di RSCM positif memiliki cemaran etilen glikol dan dietilen glikol.
Zat atau senyawa berbahaya yang ditemukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berisiko pada ginjal, seperti kasus yang terjadi di Gambia.
“Kita tes di anak-anak tersebut, ternyata dari anak-anak yang kita tes, yang ada di RSCM, dari 11, 7 anak positif memiliki senyawa berbahaya tadi, yaitu etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG), jadi confirmed,” jelasnya.